CEGAH LUKA PSIKOLOGIS SISWA IKUTI DISKUSI P3LP

Gambar : SEMANGAT - Sebanyak 50 siswa SMA Negeri 1 Pracimantoro aktif mengikuti orientasi P3LP (Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah secara online dua hari, Senin-Selasa (29-30/9/2025). *(Dokumentasi by SMANSAPRAMA MEDIA)
SMANSAPRAMA MEDIA — Sebanyak 50 siswa SMA Negeri 1 Pracimantoro mengikuti kegiatan live streaming P3LP (Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis) di ruang Multimedia SMA Negeri 1 Pracimantoro pada pukul 07.30 WIB sampai dengan 13.00 WIB. Kegiatan yang diselenggarakan langsung oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tersebut berlansung selama dua hari, Senin - Selasa (29-30/9/2025).
Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan sekolah agar lebih responsif terhadap kebutuhan kesehatan mental para siswanya. Hal ini mengantisipasi jangan sampai adanya gangguan dan dampak luka psikologi yang dialami peserta didik dalam menghadapi problemantika masalah dewasa ini.
Kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh Risa Yankesren sebagai pembawa acara, kemudian dilanjut dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Acara kembali dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Sekolah Menengah Atas, kemudian dilakukannya pembukaan acara secara resmi yang disampaikan oleh dr. Imran Pamudi, MPHM selaku Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan.
Acara dilanjutkan dengan pengantar materi yang dilakukan oleh Yunita Restu Safitri selaku Ketua Tim Kerja Satu dari promosi dan kemitraan.
Kemudian penyampaian materi dari 5 pemateri, antara lain Dr. Diana Setiyawati, S.Psi., M.H.Sc, Ph.D., Psikolog, Wulan Nur Jalmika S.Psi, M.Sc, Nurul Kusuma Hidayati S.Psi, M.Psi., Psikolog, dan Wirdatul Anisa M.Psi., Psikolog, serta narasumber dari SMP Negeri 8 Kota Depok Siti Munadhifatul Hoiroh S.Pd dan Ni Putu Tanaya Daniswari, yang kemudian ditutup oleh moderator.
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada guru dan murid dalam menangani masalah kesehatan jiwa. Di samping meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya kesehatan jiwa.
Selain itu kegiatan tersebut juga dilakukan agar semua pihak terkait (guru, tenaga kesehatan, sekolah) punya pemahaman yang sama tentang Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis, dan mencegah penanganan yang keliru saat ada peristiwa psikologis. Kegiatan tersebut diisi oleh pemateri yang jelas memiliki pemahaman seputar kesehatan psikologis, yaitu dari Dinas kesehatan, Kementrian Kesehatan, tenaga profesional (Psikologi, Psikiatri, dan Konselor), serta Pengelola Program Kesehatan Jiwa dari Provinsi atau Pusat.
Semua tenaga pendidikan (guru) mendukung adanya kegiatan ini, dibuktikan dengan pengakuan salah seorang guru di SMA Negeri 1 Pracimantoro, Ika Pijer Mitayani, S. Pd.
"Anak-anak yang terlibat mengikuti kegiatan orientasi P3LP mendapatkan ijin dan dukungan penuh dari guru mapel pada hari tersebut. Anak-anak selesai kegiatan orientasi P3LP tetap ke kelas masing-masing dan mengikuti KBM," jelas guru Bimbingan Konseling (BK) ini kepada Smansaprama Media.
Pada penyampaian materi saat kegiatan sosialisasi orientasi P3LP ada beberapa informasi penting yang harus diketahui oleh banyak pihak, seperti guru sebagai tenaga pendidikan, siswa, bahkan tenaga non-pendidik yaitu tentang Pengertian P3LP (Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis) dan tujuan programnya, prosedur dan langkah-langkah intervensi ketika ada siswa/individu mengalami stres, trauma, atau kondisi psikologis darurat, pihak-pihak yang bertanggung jawab (misalnya peran guru, tenaga kesehatan Sekolah, dan Puskesmas), bagaimana memberikan dukungan psikologis ringan, mengenali tanda-tanda krisis mental, dan rujukan bila perlu, serta kebijakan, pedoman operasional, dan standar yang harus diikuti dalam kegiatan P3LP di Sekolah.
Canang Zhuka Madina, siswa kelas XI-1 mengatakan, orientasi P3LP dilakukan agar semua pihak terkait (guru, tenaga kesehatan, sekolah) punya pemahaman yang sama tentang P3LP, selanjutnya kegiatan ini dilakukan agar penerapan P3LP di Sekolah berjalan efektif dan sesuai pedoman.
“Untuk mencegah penanganan yang keliru saat ada peristiwa psikologis, serta untuk mempersiapkan sekolah agar lebih responsif terhadap kebutuhan kesehatan mental siswa," ujarnya. *(Wiyanda Hayu Suwita XI-1 Fase F dan Putri Dahayu Ramaniya Andrianto X-5 Fase E).