Nadiem Makarim Ubah Pendidikan dengan Teknologi dan Siapkan Generasi Sesuai Pekerjaan di Masa Depan

By Admin 25 Jan 2023, 10:31:06 WIB Tokoh
Nadiem Makarim Ubah Pendidikan dengan Teknologi dan Siapkan Generasi Sesuai Pekerjaan di Masa Depan

TRIBUNJATENG.COM- Menteri pendidikan,kebudayaan dan pendidikan tinggi, Nadiem Makarim mengaku mempersiapkan gebrakan materi pendidikan dengan teknologi.

hal itu disampaikan Nadiem Makarim seusai dilantik presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (23/10/19).

Nadiem mengaku tdaik terbayangkan menjadi menteri.

"Saya nggak pernah terbayangkan bergabung di pemerintahan, karena ini pendidikan, saya mau karena solusi pendidikan itu ada di pemerintahan," ujar Nadiem.

Nadiem mengaku berat meninggalkan Go-jek.

Namun ia menilai bahwa masa depan anak muda akan mengalami banyak tantangan.

"Saya berat hati meninggalkan Gojek, karena masa depan Indonesia ada di anak muda, tapi ke depannya jujur tantangannya luar biasa," ujar Nadiem.

Nadiem mengatakan bahwa pendidikan yang ada di Indonesia tidak banyak mengalami perubahan.

Namun, Nadiem tetap berterimakasih dan mengapresiasi atas gebraskan-gebrakan yang dilakukan menteri pendidikan sebelumnya.

"Saya nggak hanya mendikbud tapi juga dikti, itu bagus karena terintegrasi, tetapi tantangannya besar, belum banyak perubahan selama 23 tahun terakhir meski banyak hal yang sudah dilakukan menteri-menteri sebelum saya, saya mengucapkan terimakasih kepada beliau- beliau yang sudah melakukan banyak terobosan," ujarnya.

Nadiem mengatakan bahwa kualitas dan kesejahteraan guru menjadi hal yang paling penting.

"Kapabilitas dan kesejahteraan guru itu paling penting," ujarnya.

Nadiem mengatakan meski dirinya tidak memiliki background di bidang pendidikan, namun ia mengaku bisa membaca tantangan masa depan.

Mantan bos Go-Jek itu mengatakan bahwa pekerjaan yang dibutuhkan masa depan sangat berbeda dengan saat ini.

"Saya lebih mengerti apa yang akan terjadi di masa depan, karena bisnis saya untuk bidang di masa depan, untuk mengantisipasi masa depan, dan kebutuhan pekerjaan di masa depan sangat berbeda, maka link and match yang diinginkan oleh Pak Presiden saya akan berusaha menyambungkan dengan apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan agar bisa beradaptasi dengan segala perubahan," ujarnya.

Nadiem mengatakan bahwa peran teknologi sangat dibutuhkan.

"300 ribu sekolah dan 5 juta murid peran teknologi sangat besar di dalam kualitas efisensi dan sistem administri pendidikan, jadi peran teknologi sangat penting," ujarnya.

"Kita nggak bisa bisnis is usual, kita nggak bisa begitu-begitu saja, maka kita harus mendobrak dan berinovasi," imbuhnya.

Nadiem Makarim menekankan bahwa dirinya sangat serius dalam mengemban amanah sebagai menteri pendidikan.

Namun demikian, Nadiem memilih untuk mengawali pekerjaan besar dengan cara mendengarkan.

Pria kelahiran Singapura, 4 Juli 1984 itu memilih untuk lebih banyak berbicara dengan para pakar pendidikan. Selama 100 hari pertama Nadiem akan belajar seperti layaknya seorang murid.

Sebagai langkah pertama, alumnus Harvard Business School Brown University itu tidak ingin memberikan solusi terhadap dunia pendidikan Indonesia.

Dia ingin mempelajari dunia pendidikan lalu memahami kondisi di lapangan. Ini termasuk kondisi murid, guru, birokrasi dan administrasi.

Latar belakang Nadiem Makarim adalah dunia bisnis digital. Bermodalkan pengalamannya tersebut, Nadiem Makarim memiliki visi untuk melibatkan teknologi ke dunia pendidikan Indonesia.

Wartawan Tribun Network Reza Deni Saputra sempat mewawancarai Nadiem Makarim secara singkat setelah acara pisah-sambut di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (23/10).

Berikut ini petikan wawancara dengan Gojek tersebut.

Sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan, apa tantangan yang Anda dan kementerian ini hadapi ke depannya?

Tantangan ke depan itu terutama skalanya. Kita punya sistem pendidikan terbesar keempat di dunia. Tiga ratus ribu sekolah itu luar biasa. Jumlah muridnya, jumlah gurunya, jumlah pemerintah daerahnya dan semuanya tersebar di archipelago terbesar kedua di dunia, yaitu Kepulauan Indonesia. Jadi, challenge utamanya adalah skala.

Tadi Anda bilang rencana 100 hari kerja Anda mau belajar lebih dulu. Kira-kira berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk belajar?

Cepat. Saya pasti cepat belajarnya.

Anda besar di dunia bisnis digital, kemudian ke pendidikan sebagai menteri. Apakah hal yang Anda geluti dulu akan dibawa dan dimanfaatkan?

Sudah pasti peran teknologi akan ada di situ, tetapi dalam bentuk apa, kita belum pasti. Hal yang terpenting adalah kita mulai bukan dengan aksi, tapi belajar terlebih dulu dengan semua stakeholder yang ada.

Bukan berarti ini memakan waktu lama, tapi step pertama adalah jangan selalu memberikan solusi terlebih dulu. Pertama harus seperti murid yang baik.

Belajar lebih dulu, mengetahui seperti apa kondisi lapangan, kondisi guru, kondisi murid serta kondisi birokrasi dan administrasi.

Dari situ baru kita menemukan solusi-solusi, baik teknologi maupun nonteknologi, yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Dalam jajak pendapat dengan DPR ada nilai serap di Kemendikbud yang kurang maksimal. Kira-kira bagaimana ke depannya?

Kalau soal itu saya belum bisa mengomentari karena belum saya dalami lebih lanjut, tapi tentunya optimalisasi bujet APBN itu penting sekali.

Kita harus memastikan semua rupiah yang kita keluarkan untuk negara ada benefit-nya, terutama di pendidikan.

Soal kebudayaan, apakah Anda sudah punya rencana terobosan?

Saya belum bisa bilang terobosannya seperti apa, tapi yang jelas berhubung saya milenial dan background-nya teknologi, sudah pasti ada perubahan ke arah sana.

Saya belum bisa mention apa rencana yang saya lakukan. Hal yang sudah jelas adalah kita ingin fokus kepada manusia yang keluar dari sistem pendidikan ini seperti apa.

Satu, harus berkarakter, merupakan suatu sistem pendidikan berdasarkan kompetensi, bukan informasi saja. Kedua, harus relevansi.

Presiden selalu bilang link and match antara industri dan institusi pendidikan. Skill-skill tersebut yang kita pelajari harus relevan.

Tentunya prinsip utamanya yaitu gotong-royong dan kolaborasi. Kita tidak bisa melakukan ini sendirian, harus ada gotong-royong.

Pusat dan daerah, orangtua, guru, murid, semua harus gotong-royong menciptakan institusi dan kualitas pendidikan yang lebih baik.

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment